1) Kekalahan Jepang Pada Perang Dunia Ke II
Di Perang Dunia II, Jepang terlibat dalam perang di Asia
Pasifik. Perang itu disebut sebagai Perang Asia Timur Raya. Jepang, bersama
Jerman dan Italia tergabung dalam Blok Poros (Axis). Mereka melawan Blok Sekutu
yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, dan China. Di awal
perang, Jepang unggul setelah mengambil alih Asia Tenggara dari koloni Eropa.
Angkatan Udara Kerajaan Jepang membombardir Pearl Harbour,
yang memicu perang di Pasifik pada Desember 1941. Lalu pada 8 Desember 1941,
Jepang mengebom Pearl Harbour, pangkalan militer AS di Hawai, Samudra Pasifik.
Kemenangan Jepang di Pearl Harbour mendorong Jepang melebarkan
sayapnya ke Asia Tenggara. Dari 1942 sampai 1945, Jepang menguasai Indonesia
dan negara-negara lain di Asia Tenggara. Namun kemenangan Jepang tak bertahan
lama. Pada 1945, Jepang dan Blok Poros kalah.
Pada 6 Agustus dan 9 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki. Pada 15 Agustus 1945 Kaisar Hirohito
menyampaikan pidato radio dihadapan rakyat. Dalam pidato radio yang disebut
Gyokuon-hoso (Siaran Suara Kaisar), Hirohito meminta ke rakyatnya agar
merelakan kekalahan dalam perang. Jepang menyerah tanpa syarat.
Penyerahan diri Jepang secara resmi dilakukan pada 2
September 1945. Wakil-wakil dari Kekaisaran dan militer Jepang menandatangani
Dokumen Kapitulasi Jepang di atas Kapal AS Missouri yang bersandar di Teluk
Tokyo.
2) Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok berlangsung satu hari sebelum
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Peristiwa Rengasdengklok diawali
ketidaksabaran para pejuang muda yang tergabung dalam gerakan bawah tanah akan
kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA,
dan anggota lain membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Tujuan membawa keduanya ke Rengasdengklok agar Soekarno dan
Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Tak hanya berdua, Soekarno kala itu juga
dibawa bersama sang istri Fatmawati dan anaknya Guntur. Hasil peristiwa
Rengasdengklok pun mereka setuju untuk melakukan proklamasi kemerdekaan.
Di Jakarta sendiri, golongan muda Wikana dan golongan Tua
Ahmad Soebardjo melakukan perundingan tempat proklamasi. Mereka pun menyetujui
Jakarta untuk menjadi lokasinya.
Maka dari itu, diutus lah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad
Soebarjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke
Jakarta. Sampai lah mereka di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol,
Jakarta Pusat.
3) Perumusan Naskah Proklamasi
Setelah peristiwa Rengasdengklok, rombongan Ir. Soekarno
segera kembali ke Jakarta sekitar pukul 23.00 WIB pada 16 Agustus 1945. Kemudian,
Achmad Soebardjo membawa rombongan menuju rumah Laksamana Muda Maeda di Jalan Imam
Bonjol No.1.
Di rumah Maeda telah hadir, para anggota PPKI, para pemimpin
pemuda, para pemimpin pergerakan dan beberapa anggota Chuo Sangi In yang ada di
Jakarta. Setelah berbicara sebentar dengan Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad
Soebardjo, maka kemudian Laksamana Maeda minta diri untuk beristirahat dan
mempersilahkan para pemimpin Indonesia berunding di rumahnya. Para tokoh
nasionalis berkumpul di rumah Maeda untuk merumuskan teks proklamasi.
Kemudian di ruang makan Maeda dirumuskan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Namun Maeda tidak hadir, tetapi Miyoshi sebagai orang
kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Sudiro, dan B. M. Diah menyaksikan
Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo membahas perumusan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Soekarno pertama kali menuliskan kata pernyataan Proklamasi
sebagai judul pada pukul 03.00 WIB. Achmad Soebardjo menyampaikan kalimat
"Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia".
Moh. Hatta menambahkan kalimat: "Hal-hal yang mengenai pemindahan
kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempoh
yang sesingkat-singkatnya". Soekarno menuliskan: Jakarta, 17 - 8 - 05
Wakil-wakil bangsa Indonesia sebagai penutup.
Pada pukul 04.00 WIB dini hari Soekarno meminta persetujuan
dan tanda tangan kepada semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia. Tetapi
Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi cukup ditandatangani dua orang tokoh,
yakni Soekarno dan Moh. Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni
diterima. Dengan beberapa perubahan yang telah disetujui, maka konsep itu
kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.
4) Peristiwa Proklamasi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari
Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, yang dibacakan oleh Soekarno dengan
didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di sebuah rumah hibah dari Faradj
bin Said bin Awadh Martak di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Proklamasi tersebut menandai dimulainya perlawanan diplomatik
dan bersenjata dari Revolusi Nasional Indonesia, yang berperang melawan pasukan
Belanda dan warga sipil pro-Belanda, hingga Belanda secara resmi mengakui
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949. Pada tahun 2005, Belanda menyatakan
bahwa mereka telah memutuskan untuk menerima secara de facto tanggal 17 Agustus
1945 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia. Namun, pada tanggal 14 September
2011, pengadilan Belanda memutuskan dalam kasus pembantaian Rawagede bahwa
Belanda bertanggung jawab karena memiliki tugas untuk mempertahankan
penduduknya, yang juga mengindikasikan bahwa daerah tersebut adalah bagian dari
Hindia Timur Belanda, bertentangan dengan klaim Indonesia atas 17 Agustus 1945
sebagai tanggal kemerdekaannya. Dalam sebuah wawancara tahun 2013, sejarawan
Indonesia Sukotjo, antara lain, meminta pemerintah Belanda untuk secara resmi
mengakui tanggal kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengakui tanggal 27 Desember 1949 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia.
Naskah proklamasi ditandatangani oleh Sukarno (yang
menuliskan namanya sebagai "Soekarno" menggunakan ortografi Belanda)
dan Mohammad Hatta, yang kemudian ditunjuk sebagai presiden dan wakil presiden
berturut-turut sehari setelah proklamasi dibacakan.
Hari Kemerdekaan dijadikan sebagai hari libur nasional
melalui keputusan pemerintah yang dikeluarkan pada 18 Juni 1946.
5) Penyebaran Berita Proklamasi
Hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi
oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan
berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar
Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya peristiwa
proklamasi diketahui oleh rakyat Indonesia. Penyebaran proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dilakukan secara cepat dan menyebar secara
luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian
Radio dari Kantor Domei (Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia
menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin.
Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi
disiarkan tiga kali berturut-turut. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi
setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam menyebarluasan berita
proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selembaran. Hampir
seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya pada tanggal 20 Agustus 1945 memuat
berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat
berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers yaitu
:
- B.M. Diah
- Sayuti Melik
- Sumanang
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat
Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok
dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August
17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Di samping melalui media
massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan
daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut
menyebarkan berita proklamasi:
- Teuku Mohammad Hassan dari Aceh
- Sam Ratulangi dari Sulawesi
- Ketut Pudja dari Sunda Kecil (Bali)
- A. Hamidan dari Kalimantan
6) Pembentukan Pemerintahan Pertama RI (Hasil Sidang PPKI Tanggal 18,19,22 Agustus 1945)
Pada
awalnya PPKI dibentuk Karena menggantikan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) karena semua tugasnya sudah selesai. Dalam
bahasa Jepang, PPKI disebut Dokuritsu Junbi Iinkai.
Tugas
utama PPKI yaitu mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan kemerdekaan
Indonesia. Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Anggota PPKI
terdiri dari 27 Orang, salah satunya adalah Achmad Soebardjo, Otto Iskandardinata,
Dr. Soepomo dan Radjiman Wedyodiningrat.
Usai
pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
PPKI melaksanakan sidang pada tanggal 18, 19, dan 22 Agustus 1945.
*Hasil Sidang PPKI Pada Tanggal 18 Agustus 1945
- Mengesahkan UUD 1945 setelah mendapatkan beberapa perubahan pada pembukaanya.
- Memilih presiden dan wakil presiden yaitu Ir.Soekarno dan Drs.Moh Hatta.
- Menetapkan bahwa presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh komite nasional.
*Hasil Sidang PPKI Pada Tanggal 19 Agustus 1945
- Membentuk 12 kementrian dan 4 menteri negara.
- Menetapkan pembagian wilayah negara republik indonesia menjadi 8 provinsi dan sekaligus menunjuk gubernurnya.
- Membentuk Tentara Rakyat Indonesia.
- Membentuk komite nasional daerah.
*Hasil Sidang PPKI Pada Tanggal 22 Agustus 1945
- Menetapkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
- Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI)
- Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar