* Tokoh
- Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo
* Lokasi
- Tasikmalaya
* Waktu
- 7 Agustus 1949
* Latar Belakang
- Ketika pasukan Siliwangi
berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa melakukan gerakannya dengan
membakar Rumah – Rumah Rakyat, Membongkar Rel Kereta Api, menyiksa dan merampok
harta benda penduduk.
- Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama rakyat
melakukan operasi “ Pagar Betis “ dan operasi “ Bratayudha “ Pada tanggal 4
Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo beserta para pengawalnya dapat
ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi “ Bratayudha “ di Gunung Geber,
daerah Majalaya, Jawa Barat. Kemudian Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo oleh
Mahkamah Angkatan Darat dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/TII di
Jawa Barat dapat di padamkan.
- Usaha
Untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan
oleh beberapa faktor, yakni :
- Medannya berupa daerah pegunungan –
pegunungan sehingga sangat mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,
- Pasukan Kartosuwirjo dapat bergerak dengan
leluasa di Kalangan Rakyat,
- Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa
orang Belanda, antara lain pemilik – pemilik perkebunan dan para pendukung
negara Pasundan,
- Suasana Politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah mempersulit usaha – usaha pemulihan keamanan.
b) Jawa Tengah
* Tokoh
* Lokasi
- Pekalongan
* Waktu
- Agustus 1948
* Latar Belakang
- Pada bulan Januari 1950
pemerintah melakukan operasi kilat yang disebut “ Gerakan Banteng Negara “ (
GBN ) di bawah Letnan Kolonel Sarbini ( Selanjutnya di ganti Letnan Kolonel M.
Bachrun dan Kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani ). Gerakan operasi ini dengan
pasukan “ Banteng Raiders “.
- Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian dari DI/TII , yakni dilakukan oleh “ Angkatan Umat Islam ( AUI ) “ yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “ Romo Pusat “ atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu kurang lebih Tiga Bulan.
- Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan Desember 1951. Untuk menumpas pemberontakan ini Pemerintah melakukan “ Operasi Merdeka Timur “ yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo. Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalyon pemberontak tersebut dapat dihancurkan dan sisa – sisanya melarikan diri ke Jawa Barat.
c) Kalimantan Selatan
* Tokoh
- Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel. Akan tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951 Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi dengan melakukan teror terhadap rakyat.
- Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini pemerintah melakukan Operasi Militer. Baru pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
- Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian dari DI/TII , yakni dilakukan oleh “ Angkatan Umat Islam ( AUI ) “ yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “ Romo Pusat “ atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu kurang lebih Tiga Bulan.
- Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan Desember 1951. Untuk menumpas pemberontakan ini Pemerintah melakukan “ Operasi Merdeka Timur “ yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo. Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalyon pemberontak tersebut dapat dihancurkan dan sisa – sisanya melarikan diri ke Jawa Barat.
c) Kalimantan Selatan
* Tokoh
- Ibnu Hajar
* Lokasi
- Kalimantan Selatan
* Waktu
- Oktober 1950
* Latar Belakang
- Para pemberontak melakukan pengacauan dengan menyerang
pos – pos kesatuan TNI. Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah
pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan
untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah,
akan tetapi setelah menyerah melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi.
Selanjutnya pemerintah mengerahkan pasukan TNI sehingga pada akhir tahun 1959
Ibnu Hajar beserta seluruh anggota gerombolannya pun tertangkap.
d) Sulawesi Selatan
* Tokoh
* Lokasi
- Sulawesi Selatan
* Waktu
- 30 April 1950
* Latar Belakang
- Kahar Muzakar menuntut kepada
pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi
Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS
). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
- Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel. Akan tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951 Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi dengan melakukan teror terhadap rakyat.
- Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini pemerintah melakukan Operasi Militer. Baru pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
e) Aceh
* Tokoh
* Lokasi
- Aceh
* Waktu
- 1950
* Latar Belakang
- kekecewaan Daud Beureuh
karena status Aceh pada tahun 1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi
kresidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pada tanggal 21 September 1953
Daud Beureuh yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Militer menyatakan bahwa
Aceh merupakan bagian dari Negara Islam Indonesa di bawah Pimpinan Sekarmadji
Maridjan Kartosuwiyo.
- Dalam menghadapi pemberontakan DI/TII di Aceh ini semula pemerintah menggunakan kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer 1/Iskandar Muda, Pada tanggal 17 – 21 Desember 1962 diselenggarakan “ Mustawarah Kerukunan Rakyat Aceh “ yang mendapat dukungan tokoh – tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/TII di Aceh dapat dipadamkan.
- Dalam menghadapi pemberontakan DI/TII di Aceh ini semula pemerintah menggunakan kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer 1/Iskandar Muda, Pada tanggal 17 – 21 Desember 1962 diselenggarakan “ Mustawarah Kerukunan Rakyat Aceh “ yang mendapat dukungan tokoh – tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/TII di Aceh dapat dipadamkan.
2. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
* Tokoh
* Lokasi
- Maluku
* Waktu
- 25 April 1950
* Latar Belakang
- Pemberontakan ini merupakan
bentuk ketidakpuasan atas kembalinya Republik Indonesia Serikat ke Negara
kesatuan Republik Indonesia. Kala itu atas
keberhasilan APRIS mengatasi keadaan, menyebabkan banyak masyarakat yang
semangat atas kembalinya Republik Indonesia Serikat ke dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Di tengah upaya untuk
mempersatukan dari keseluruhan wilayah Indonesia ini, ada berbagai teror dan
intimidasi yang mengancam masyarakat.
Tujuan :
Tujuan :
Pemberontakan ini didalangi oleh
Soumokil mantang seorang Jaksa Agung yang bermaksud untuk melepaskan wilayah
Maluku dari Negara Kesatuan republik Indonesia. Gubernur Sembilan Serangkai yang memiliki anggota pasukan
KNIL dan Partai Timur Besar terlebih dahulu melakukan berbagai
propaganda.Sebelum memproklamasikan Republik Maluku Selatan, Yang mana ini dilakukan agar wilayah Maluku bisa terlepas
dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disisi lain, Soumokil telah
berhasil meyakinkan masyarakat dan membentuk kekuatan di daerah Maluku Tengah.
Sementara itu orang yang tidak
mendukung dan menyatakan mendukung negara Kesatuan Republik Indonesia maka akan
diancam atau dimasukkan ke dalam penjara. Akhirnya
pada tanggal 25 April tahun 1950, Republik Maluku Selatan diproklamasikan. Kala
itu yang menjadi presiden adalah J.H Manuhutu dengan perdana menteri Albert
Fairisal. Sementara beberapa menteri
terpilih antara lain adalah Mr.Dr.C.R.S Soumokil, D.j Gasperz, J.B
Pattiradjawane, J.Toule, S.j,H Norimarna, P.w Lokollo, H.f pieter, A.Nanholy,
Z.Pesuwarissa dan Ir.J.A Manusama.
Sementara pada tanggal 27 April 1950
Dr.J.P nikijuluw diangkat menjadi wakil presiden dari Republik Maluku Selatan
untuk wilayah di luar negeri dan berkedudukan di Den Haag, Belanda.
Pada tanggal 3 mei 1950, Soumokil menggantikan
Manuhutui sebagai presiden Republik Maluku Selatan. Pada tanggal 9 mei 1950 dibentuk angkatan perang Republik Maluku
Selatan (APMRS) yang dipimpin oleh panglima sersan Mayor KNIL, D.J Samson.
Sedangkan untuk kepala staff dipimpin oleh sersan Mayor
Pattiwale. Beberapa anggota staff lainnya adalah sersan Mayor Aipasa, sersan
Mayor Pieter dan Sersan Mayor Kastanja.
Dampak :
- Pada tahu 1978 anggota RMS menyandera kurang lebih 70 warga sipil yang berada di gedung pemerintahan Belanda di Assen-Wesseran.
- Pada tahun 1975 kelompok ini pernah
melakukan perampasan kereta api dengan menyandera 38 penumpang kereta tersebut.
- Pada tahun 2002, saat peringatan proklamasi RMS yang ke 15 dilakukan, di adakan acara pengibaran bendera RMS di Maluku.
- Akibat kejadian ini, 23 orang ditangkap oleh aparat kepolisian. Setelah penangkapan, mereka tidak terima karena menganggap ini tidak sesuai hukum yang berlaku.
- Maka kemudian, mereka menuntut Gubernur Maluku beserta Kepala Kejaksaan Tinggi pada saat itu oleh sebab melakukan penahanan yang di duga sebagai provokator pelaksana pengibaran bendera RMS.
- Aksi ini terus dilakukan sampai pada tahun 2004. Ratusan Pendukung RMS mengibarkan bendera RMS di Kudamati. Akibatnya terjadi konflik penangkapan dan konflik aktivis RMS dengan NKRI.
Akhir :
- Ibu kota
RMS berhadil direbut dan pemberontakan ini akhirnya tumpas, namun TNI
kehilangan komandan Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Letnan Kolonel Soediarto
yg gugur tertembak.
Pada awalnya Soumokil sendiri telah berhasil
dalam upaya melarikan diri ke pulau Seram, namun pada akhirnya ia
berhasil tertangkap pada tahun 1963 dan
dijatuhi hukuman mati.
3) Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) Permesta
* Tokoh
* Lokasi
- Sulawesi
* Waktu
- 15 Februari 1958
* Latar Belakang
- Salah satu pemicu pemberontakan ini adalah ketidakharmonisan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terutama
di daerah Sumatera dan Sulawesi. Hal itu merupakan akibat dari masalah otonomi
daerah serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
Pemberontakan keduanya sudah muncul saat
menjelang pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) tahun 1949. Akar masalahnya yaitu saat
pembentukan RIS tahun 1949 bersamaan dengan dikerucutkan Divisi Banteng hingga
hanya menyisakan 1 brigade saja.
- Kemudian brigade tersebut diperkecil menjadi
Resimen Infanteri 4 TT I BB. Kejadian itu membuat para perwira dan prajurit
Divisi IX Banteng merasa kecewa dan terhina, karena mereka merasa telah
berjuang hingga mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia. Selain
itu, ada pula ketidakpuasan dari beberapa daerah seperti Sumatera dan Sulawesi
terhadap alokasi biaya pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat.
Kondisi ini pun diperparah dengan tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat
yang sangat rendah.
- Pada tanggal 9 Januari 1958 para tokoh
militer dan sipil mengadakan pertemuan di Sungai Dareh, Sumatera Barat. Pertemuan tersebut menghasilkan
sebuah pernyataan berupa “Piagam Jakarta” dengan isi berupa tuntutan agar Presiden
Soekarno bersedia kembali kepada kedudukan yang konstitusional, serta menghapus
segala akibat dan tindakan yang melanggar UUD 1945 dan membuktikan kesediaannya
itu dengan kata dan perbuatan.
- Pada tanggal 15 Februari 1958 Letnan
Kolonel Ahmad Husein
memproklamirkan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
dengan perdana menteri Syafruddin Prawiranegara. Hal ini merupakan respon atas penolakan
tuntutan yang diajukan oleh PRRI. Pada saat dimulainya pembangunan
pemerintahan, PRRI mendapat dukungan dari PERMESTA dan rakyat setempat. Dengan bergabungnya PERMESTA
dengan PRRI, gerakan kedua kelompok itu disebut PRRI/PERMESTA.
- Untuk menumpas pemberontakan, pemerintah
melancarkan operasi militer gabungan yang diberi nama Operasi Merdeka, dipimpin
oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat. Operasi ini sangat kuat karena
musuh memiliki persenjataan modern buatan Amerika Serikat. Terbukti dengan
ditembaknya Pesawat Angkatan Udara Revolusioner (Aurev) yang dikemudikan oleh
Allan L. Pope seorang warga negara Amerika Serikat.
- Pemberontakan PRRI/Permesta baru dapat
diselesaikan pada bulan Agustus 1958, dan pada tahun 1961 pemerintah membuka
kesempatan bagi sisa-sisa anggota Permesta untuk kembali Republik Indonesia.
4. Pemberontakan Andi Aziz
* Tokoh
* Lokasi
- Makassar, Ujung Pandang, Sulawesi Selatan
* Waktu
- 5 April 1950
* Latar Belakang
- Andi
Azis bersama gerombolannya ingin mempertahankan Negara Indonesia Timur. Selain
itu, hal ini juga dilatarbelakangi oleh penolakan terhadap masuknya anggota TNI
ke dalam bagian APRIS.
- Pada 5 April 1950, gerombolan Andi Azis mulai
melancarkan serangan. Mereka
menyerang serta menduduki tempat-tempat penting, selain itu mereka juga menawan
seorang Panglima Teritorium Indonesia Timur, yaitu Letnan Kolonel A.J. Mokoginata.
Mengetahui hal tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan ultimatum sebagai
bentuk reaksi atas kejadian tersebut pada tanggal 8 April 1950.
- Ultimatum
yang dilayangkan isinya memerintahkan kepada Andi Azis untuk melaporkan diri
sekaligus harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu ke Jakarta, Andi Azis
diberi waktu selama 4 hari. Selain itu Andi Azis juga diminta untuk menyerahkan
senjata beserta menarik pasukannya, dan diminta untuk membebaskan para sandera.
- Pasukan ekspedisi mendarat di Makassar pada tanggal
26 April 1950 di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang, pada saat itu terjadilah pertempuran.
Pada 5 Agustus 1950, pasukan Andi Azis secara tiba-tiba mengepung markas staf
Brigade 10/Garuda Mataram di Makassar. Pengepungan itu tidak berangsur lama,
pasukan TNI kemudian berhasil memukul mundur pasukan pemberontakan itu. Setelah
bertempur selama 2 hari, KNIL/KL (pasukan pendukung Andi Azis) meminta
berunding dengan TNI.
5. Pemberontakan PKI Madiun 1948
* Tokoh
* Lokasi
- Madiun
* Waktu
- September 1948
* Latar Belakang
- Jatuhnya kabinet Amir
Syarifuddin akibat kegagalannya
pada perundingan Renville yang merugikan Indonesia. Untuk merebut kembali
kedudukannya, 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat
(FDR). Organisasi ini didukung
oleh Pemuda Sosialis Indonesia, Partai Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral
Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Mereka melancarkan propaganda anti
pemerintah, mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi buruh. Selain itu
melakukan pembunuhan ulama dan pejuang kemerdekaan. Tujuan mereka adalah ingin
meruntuhkan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara
komunis. Segala cara pun mereka lakukan demi memuluskan misinya.
- Tanggal 18 September 1948
pagi sebelum terbit fajar, sekitar 1.500 orang pasukan FDR/PKI (700 orang di
antaranya dari Kesatuan Pesindo pimpinan Mayor Pandjang Djoko Prijono) bergerak
ke pusat Kota Madiun.
- Kesatuan CPM, TNI, Polisi, aparat pemerintahan sipil terkejut ketika diserang mendadak. Terjadi perlawanan singkat di markas TNI, kantor CPM, kantor Polisi. Pasukan Pesindo bergerak cepat menguasai tempat-tempat strategis di Madiun. Saat fajar terbit, Madiun sudah jatuh ke tangan FDR/PKI. Sekitar 350 orang ditahan.
- Di waktu yang sama, di Kota Magetan sekitar 1.000 orang pasukan FDR/PKI bergerak menyerbu Kabupaten, kantor Komando Distrik Militer (Kodim), Kantor Onder Distrik Militer (Koramil), Kantor Resort Polisi, rumah kepala pengadilan, dan kantor pemerintahan sipil di Magetan. Setelah menguasai Kota Magetan dan menawan bupati, patih, sekretaris kabupaten, jaksa, ketua pengadilan, kapolres, komandan Kodim, dan aparat Kabupaten Magetan, mereka juga menangkap dan membunuh tokoh-tokoh Masyumi dan PNI di kampung-kampung, pesantren-pesantren, desa-desa.
- Masjid dan madrasah dibakar, bahkan ulama dan santri-santrinya dikunci di dalam madrasah, lalu madrasahnya dibakar. Tentu mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena ulama itu orang-orang tua yang sudah ubanan, orang-orang dan anak-anak laki-laki yang baik yang tidak melawan. Setelah itu, rumah-rumah pemeluk Islam dirampok dan dirusak.
-
- Kesatuan CPM, TNI, Polisi, aparat pemerintahan sipil terkejut ketika diserang mendadak. Terjadi perlawanan singkat di markas TNI, kantor CPM, kantor Polisi. Pasukan Pesindo bergerak cepat menguasai tempat-tempat strategis di Madiun. Saat fajar terbit, Madiun sudah jatuh ke tangan FDR/PKI. Sekitar 350 orang ditahan.
- Di waktu yang sama, di Kota Magetan sekitar 1.000 orang pasukan FDR/PKI bergerak menyerbu Kabupaten, kantor Komando Distrik Militer (Kodim), Kantor Onder Distrik Militer (Koramil), Kantor Resort Polisi, rumah kepala pengadilan, dan kantor pemerintahan sipil di Magetan. Setelah menguasai Kota Magetan dan menawan bupati, patih, sekretaris kabupaten, jaksa, ketua pengadilan, kapolres, komandan Kodim, dan aparat Kabupaten Magetan, mereka juga menangkap dan membunuh tokoh-tokoh Masyumi dan PNI di kampung-kampung, pesantren-pesantren, desa-desa.
- Masjid dan madrasah dibakar, bahkan ulama dan santri-santrinya dikunci di dalam madrasah, lalu madrasahnya dibakar. Tentu mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena ulama itu orang-orang tua yang sudah ubanan, orang-orang dan anak-anak laki-laki yang baik yang tidak melawan. Setelah itu, rumah-rumah pemeluk Islam dirampok dan dirusak.
6. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
* Tokoh
* Lokasi
- Bandung
* Waktu
- 9 Januari 1949
* Latar Belakang
-hg
7. Gerakan 30 September 1965
* Lokasi
- Jakarta dan Yogyakarta
* Waktu
- 30 September - 1 Oktober 1965
* Latar Belakang
-gf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar